Pameran Pendidikan

SMPN 3 Satap Borobudur berperan dalam pameran Gebyar Pendidikan Kabupaten Magelang

Prosesi Wisuda Siswa

Wisuda Siswa SMPN 3 Satap Borobudur

Sekolah Satap Borobudur

Sekolah Garis Depan Penuntasan Wajib Belajar kawasan Perbukitan Menoreh Jawa Tengah-DIY

Kejurda Jateng ROKET AIR

Sekolah Satap Borobudur menjadi Kontingen Pertama Kabupaten magelang yang melaju ke Final Kejurnas Roket Air di Jakarta

Pasukan Pramuka Raden Panji-Candrakirana

Pramuka Sekolah Satap Borobudur bersama Bupati Magelang Zaenal Arifin, SIP dalam peresmian Obyek Wisata Lokal Punthuk Gajah Mungkur Majaksingi Borobudur

Outbond dan Tubing Siswa

Kegiatan Outbond dan Tubing di Kali Tuk Gong Candimulyo Magelang, wahana berekreasi dan memupuk mental siswa

Satap Bakery

Manifestasi Visi Trampil dalam Teknologi dalam Program Pendidikan Ketrampilan berupa Pembuatan Kue Kering/basah berbahan baku Umbi-umbian dan Tepung, dengan label Satap bakery dan Dapur satap

Dewan Guru dan Tenaga Kependidikan bersama Komite Sekolah

Jajaran Dewan GTK dan Komite Sekolah bahu membahu mewujudkan Sekolah Satap yang Berprestasi, Santun, Taat Beribadah, Trampil dan berwawasan Lingkungan

Pembelajaran Outdoor di Industri Produk Pangan Rumah Tangga

Pembelajaran di Industri Rumah Tangga untuk mendekatkan siswa pada Kondisi Real di masyarakat

Kamis, 28 Februari 2019

MENAKAR EKSISTENSI SEKOLAH SATAP


SMP Satu Atap (Satap) adalah salah satu upaya pemerintah untuk mengejar ketercapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP sebesar 95%  di tahun 2008. Pengembangan Satap pun memiliki syarat terisolir, terpencil, terpencar, berdasarkan pada kebutuhan masyarakat (social demand approach) dan dalam perencanaan melibatkan masyarakat. Maka mulai tahun 2006 didirikanlah sekolah-sekolah Satap di perbagai wilayah Indonesia tak terkecuali di Kabupaten Magelang. Pada saat awal terbentuk dua sekolah satap di Borobudur dan Pakis. Dalam perkembangannya saat ini menjadi sekitar 8 Satap.
Keberadaan sekolah satap pada awal pendiriannya sudah barang tentu sangat dibutuhkan masyarakat. Karena masyarakat menjadi mudah dalam memperoleh pendidikan setingkat SMP setelah lulus dari SD. Salah satu kesulitan masyarakat pada saat itu adalah jauhnya lokasi SMP terdekat dari SD karena lokasinya yang terpencil. Sehingga banyak sekali lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah. Kondisi tersebut akan menghambat ketuntasan wajib belajar 9 tahun. Kebijakan pemerintah kemudian didirikanlah Sekolah Satap yang memiliki berbagai macam model pengelolaan. Salah satu model pengelolaan sekolah satap adalah adanya dua lembaga (SD-SMP) dengan dikepalai oleh seorang Kepala Sekolah. Hal ini pula yang diterapkan di sekolah-sekolah satap di Kabupaten Magelang. Kini setelah 13 tahun berjalan bagaimanakah eksistensi sekolah satap menghadapi tuntutan perkembangan zaman dan perkembangan perundang-undangan yang berlaku?